Muhasabah Kolegial
Oleh: Rizal Kapita, Tokoh Fagogoru Jakarta
Memimpin sebuah negeri dengan sejarah masyarakat yang cukup panjang, serta dinamika kehidupan yang semakin komplek dan modern, bukan suatu perkara gampang. Dibutuhkan karakter pemimpin kuat, visioner dan berasal dari akar budaya dan sosial yang sama dengan masyarakat tempatan negeri tersebut.
Edi Langkara – A. Rahim Odeyani (ERA) menjadi pasangan Bupati-Wakil Bupati Halmahera Tengah yang lahir dan ditemukan (bahkan saling menemukan) saat masyarakat mulai melihat bahwa beberapa hal bagus yang ditinggalkan oleh Aba Acim harus dilanjutkan, dan bahkan menciptakan berbagai program dan kerja-kerja masyarakat yang akan lebih menjadikan masyarakat Halteng menjadi tuan dinegeri sendiri, sejahtera dan berkeadilan.
Kepemimpinan yang saling melengkapi dengan struktur komanda dalam kesepahaman menjadi syarat mutlak bagi kepemimpinan yang akan membangun masyarakat dengan karakter seperti Halteng ini. ERA sudah teruji selama 5 tahun (2017-2022), meski sekitar 2 tahun kepemimpinan mereka di tengah dunia dilanda Covid-19. Catatan diatas ini sudah layak kita sematkan bahwa ERA adalah dwi tunggal Halteng.
Mereka paham betul siapa masyarakat HalTeng, kenapa karena berasal dari akar yang sama. Mereka paham modernitas, kenapa? Mereka adalah tokoh politik dan cendikia level regional dan berjejaring sampai ke pusat (Jakarta).
Perjalanan waktu, dinamika kehidupan masyarakat dan kondisi perpolitikan saat menjadikan, dwi tunggal HalTeng harus berjuang dan bekerja keras, menahan ketamakan berbagai pihak yang (sudah bisa dipastikan) tidak memahami dengan baik masyarakat HalTeng, jangankan bicara sistem nilai Fagogoru yang jadi urat inti kehidupan masyarakat HalTeng, Hal tim dan Gane, Mafa di Halsel, mendengar kata Fagogoru saja tentu asing.
Fagogoru sebagai sebuah sistem nilai budaya, mestinya dirawat bukan melakukan transformasi. Ada istilah lain bagi praktisi Antropolog, transformasi dalam urusan sistem nilai budaya sejatinya adalah perusakan.
Halteng kedepan masih sangat2 butuh kepemimpinan model dwi tunggal Halteng ini.
Jangan biarkan negeri ini dihancurkan dengan memberikan ruang bagi mereka yang berkepentingan jangka pendek, dan tidak memahami karakteristik masyarakat HalTeng, masyarakat berbudaya dengan sebutan Fagogoru tersebut.