Sherly di Pentas Politik Malut, Antara Mitos dan Realistis

Calon Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda (Foto: FB Sherly Tjoanda )
Catatan : Sawaludin Damopolii.
(Wartawan Senior Malut TV)
Sebelum tragedi kebakaran speedboat Bela72 di Pelabuhan Regional Bobong, Pulau Taliabu, 12 Oktober lalu peta politik Maluku Utara didominasi kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 4, Benny Laos dan Sarbin Sehe. Hal ini juga diperkuat dengan rilis lembaga survei, sepekan sebelum mantan Bupati Pulau Morotai itu meninggal.

Setelah wafatnya Cagub Benny Laos, posisi Big Bos Bela Hotel itu kemudian diganti Sherly Tjoanda, istri mendiang. Begitu mendapat dukungan penuh sejumlah petinggi partai koalisi di Jakarta dan juga tidak ingin mengecewakan gerbong relawan, simpatisan serta pendukung Benny-Sarbin, wanita cantik kelahiran Ambon tahun 1982 itu resmi mendaftarkan diri di KPUD dan siap turun gunung bertarung pada Pilgub 2024.

Kehadiran Sherly di pentas perpolitikan Maluku Utara mereposisi mendiang suaminya membawa warna dan khasanah baru di kanca politik praktis negeri Jazirah Almulk.

Keputusan Sherly mengamini permintaan 8 anggota koalisi Parpol pendukung BL- Sarbin yang dikomandoi Dr. Rahmi Husen, M.Si terbilang berani. Bahkan, sikap ST yang saat itu tengah dirundung musibah dan duka karena ditinggal mati pria kesayangannya ternyata tidak menjadi batu sandungan dirinya meneruskan niat suaminya meraih puncak Gosale, Sofifi. Benar-benar diluar ekspektasi publik.

Kini Si Wanita Cantik berkulit terang itu resmi mendampingi Sarbin Sehe sebagai Calon Guberbur Maluku Utara 2024-2029.

Ragam opini dan aneka perspektif publik menyambut kehadiran ST. Argumentasi pro dan kontra antar pendukung mulai mewarnai dunia persilatan.

Sebagai warga negera Indonesia, siapapun dia berhak untuk memilih dan dipilih. Itulah hak konstitusi dasar yang melekat bagi setiap kewarganegaraan.

Kemunculan Sherly di panggung politik Malut bukan saja membawa warna pada pesta demokrasi lima tahunan melainkan menguji mindset pemilih di negeri adat. Antara dinamika dan realitas. Inilah situasi psykologis yang mendera Sherly sebagai pendatang baru di dunia politik.

Tercatatnya Sherly di bursa pencalonan Gubernur mendampingi Sarbin Sehe, dinamika politik semakin menarik dan seksi. Adrenalin publik, wabil khusus tim sukses pun dipastikan meningkat dan wajib berikhtiar.

Ada pertanyaan dan tantangan extra yang harus dijawab kubu Sherly-Sarbin di Pemilihan Guberbur Maluku Utara 2024 pasca ditinggal BL. Yaitu, apakah kehadiran Sherly menggantikan posisi BL, tingkat kesukaan Benny-Sarbin yang diperoleh sebelumnya dapat dipertahankan hingga hari pencoblosan ataukah justru merosot dan akhirnya memicu kekalahan?

Jika pasangan nomor urut 4 itu menang pada Pilgub 27 November, berarti Sherly telah menciptakan sejara baru sebagai wanita pertama dari kaum minoritas yang berhasil menjebol mitos dan tradisi politik bahwa perempuan tidak bisa memimpin di Negeri Para Raja. Apabila realitas ini terjadi, maka mendiang istri BL patut diapresiasi seribu jempol.

Mungkinkah fenomena politik itu terjadi di tengah kemustahilan legenda? Di sinilah sisi menariknya pada konstestasi Pilgub kali ini. Lebih kuat mana, antara mitos dan realistis. Kita nantikan saja akrobatik dan dinamikanya tanpa menciderai harmonisasi sosial, politik dan kemasyarakatan. Semoga panggung perpolitikan ini menjadi media edukasi publik. Selamat berdemokrasi. (*)