Weda – Meski black compaign rival politik menghujami Edi Langkara dan Abd. Rahim Odeyani, namun tidak mengurangi dukungan masyarakat Halmahera Tengah.
Laksana balon. Semakin ditekan ke dalam air, pantulan keatasnya semakin dasyat. Berbagai upaya pembunuhan karakter dilakukan, arus simpati dan dukungan masyarakat Fagogoru kepada Elang-Rahin kian deras.
Ketua Demokrat Halmahera Tengah, Wahab Nurdin mengatakan, masyarakat Halteng tidak terpengaruh dengan dinamika politik. Mereka lebih menyukai kedua putra Fagogoru sebagai Bupati dan Wakil Bupati 2024 karena terbukti membangun daerah.
Meski dengan dana APBD sekitar Rp. 700 milyar lebih per tahun serta ditimpah bencana covid 19 selama dua tahun, Elang-Rahim sukses bangun jalan dan sejumlah bangunan spektakuler, diantaranya Plaza Weda, Pasar Modern, Stadiun Olahraga berstandarkan internasional, Gedung Kesenian dan Islamic Center.
“APBD Halteng di masa Elang-Rahim hanya sekitar 700 milyar lebih. Dipotong 180 milyar karena rekofusing akibat covid 19. Dan bencana ini terjadi dua tahun. Kalau mau hitung-hitung, masa kepemimpinan Elang-Rahim hanya 3 tahun dengan APBD terbatas. Tapi mereka sukses membangun daerah,” ungkap Wahab.
Pernyataan Ketua Demokrat Halmaheta Tengah tersebut dibenarkan mantan Bupati Edi Langkara. Meski kondisi keuangan daerah saat itu terbatas sementara dilain sisi kebutuhan pembangunan publik harus berjalan, maka Elang-Rahim terpaksa memutar otaknya seraya mencari terobosan lain.
Alhasil, sejumlah bangunan spektakuler bertengger dan merubah wajah kota Weda tahap demi tahap. Elang juga memaparkan alasannya membangun Gelanggang Olahraga (GOR) standar internasional.
Bagi Elang, stadiun Elang Halmahera dibangun berdasarkan plafon RPJMD. Dalam RPJMD, kata Elang berbicara tentang sosial budaya, mental dan spiritual manusia.
“Kita tidak boleh melihat dari satu sisi saja. Berbicara budaya, didalamnya berbicara soal mental, spiritual manusia dan prestasi. Jadi pembangunan stadiun itu jangan hanya dilihat dari sisi pembangunannya saja. Banyak khasana kemanusiaan tersirat diaana. Weda bukan hanya milik orang Halteng atau Maluku Utara, melainkan milik dunia. Sehingga lompatan pikiran dan pengaplikasian pembangunan harus disertai juga,” ungkap Elang seraya mengatakan, Weda adalah Kota terbuka dan sarana prasarana olahraga itu menjadi kebanggaan masyarakat Halmahera Tengah maupun Maluku Utara.
Lain Elang, lain pula Ikram M. Sangadji. Kendati dibatasi anggaran, kepemimpinan Edi Langkara dan Abd. Rahin Odeyani sukses menghadirkan pembangunan. Sementara di masa IMS, APBD Halteng Rp. 1,5 hingga Rp. 2 triliun, pembangunan infrastruktur Halmahera Tengah nyaris tidak kelihatan.(*)