Melihat Hasil Survei Cagub Malut 2024

Perspektif Jurnalistik

Catatan : Sawaludin Damopolii
(Perspektif Jurnalistik)

Setiap calon kepala daerah yang bakal berlaga di pentas politik 2024, wajib memantaskan dirinya agar dipilih dan berpeluang menang. Pasalnya, popularitas dan elektabilitas adalah dua elemen dasar yang menjadi indikator partai politik yang harus dimiliki kandidat.

Tidak mengherankan jika konsep ilmiah menjadi dasar rujukan fundamental Parpol menerbitkan surat rekomendasi atau formulir pendaftaran ke KPUD.

Adalah survei. Hampir semua partai politik mengidentifikasi potensial bakal calon dengan metode survei. Kapasitas figurnya dipotret. Hal ini dilakukan agar kandidat yang diusung di arena pertarungan nanti adalah benar-benar “ayam jago” bukan ayam sayur guys.

Untuk Pilkada Provinsi Maluku Utara, dari sejumlah figur yang mengemuka di ruang publik hanya empat orang tokoh masyarakat yang probalitasnya cukup mumpuni, yaitu Ahmad Hidayat Mus, Husain Alting Sjah, Beny Laos dan Muhammad Kasuba.

Barometernya nampak pada Top Of Mind (TOM) yang dirilis Lembaga Survei INDIKATOR periode 1-8 Mei 2024. Berdasarkan TOM calon Gubernur Malut, 19,2 persen menyebut dan memilih Beny Laos, posisi kedua ditempati Ahmad Hidayat Mus dengan 7,4 persen, Muhammad Kasuba di posisi ketiga dengan angka 6,9 persen dan urutan keempat adalah Husain Alting Sjah dengan jumlah 3,9 persen. Sedangkan urutan berikutnya ditempati Edi Langkara, 3,8 persen, Aliong Mus 2,3 persen.

Sementara yang belum menentukan pilihan cukup besar yaitu 46,8 persen. Menariknya, dalam catatan lembaga survei, soal waktu menentukan pilihan hanya 29,8 persen masyarakat menentukan pilihannya beberapa bulan atau bahkan lebih dari setahun sebelum masa kampanye. Sedangkan mayoritas 55,8 persen menentukan pilihannya ketika waktu kampanye resmi hingga hari pencoblosan.

Dengan melihat simulasi Top of Mind (TOM) Calon Gubernur, dimana 46,8 persen masyarakat Maluku Utara belum menyebutkan pilihannya dan 55, 8 persen masyarakat menjatuhkan pilihannya nanti pada hari kampanye hingga pencoblosan mengisyaratkan peta petarungannya masih dinamis dan fluktuatif.

Pergeseran angka persentase cukup ketat. Tergantung kelihaian dan efektivitas kandidat memanfaatkan peluang. Dari sejumlah kandidat, sosok AHM menjadi figur yang paling banyak diidolakan. Dua kali bertarung pada Pilkada 2013 dan 2018, nama mantan Bupati Sula dua periode ini cukup tenar dan berhasil membentuk gerbong loyalisnya.

Hanya saja beberapa bulan terakhir, pasca Pilpres dan Pileg Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Maluku Utara DPP Partai Golkar pasif dari konsolidasi Pilgub sehingga keyakinan simpatisan dan loyalisnya pun ikut stagnan.

Hingga saat ini, pendukung setia AHM dihantui keragu-raguan soal apakah sang idola mereka ikut berlaga di pesta demokrasi ataukah Aliong Mus.

Menyusul intensitas AHM sebagai bakal calon nampak datar, berdampak positif kepada mantan Bupati Pulau Morotai, Benny Laos. Hal ini pun dibuktikan dengan nama BL mencuat dan berada di posisi pertama di Top of Mind INDIKATOR.

Sosok BL, bagi masyarakat menjadi figur alternatif lantaran ditengarai memiliki modal atau finansial yang cukup. Meski demikian, irisan dukungan sektoral menjadi sandungan buat pengusaha muda asal Maluku Utara ini.

Kendati demikian, kapasitas dan eksistensi AHM masih kokoh. Tengok saja pada simulasi survei jika Pilgub hanya diikuti 4 kandidat, yaitu Ahmad Hidayat Mus, Benny Laos, Muhammad Kasuba dan Alien Mus.

AHM berada di posisi pertama dengan 22,5 persen, disusul BL dengan perolehan 21,3 persen, Muhammad Kasuba 17,6 persen dan Alien Mus yaitu 1,9 persen. Sedangkan tidak tahu atau tidak menjawab yaitu 36,7 persen. Beberapa kali simulasi, AHM dan BL nampaknya bersaing ketat. Jika nama AHM dihilangkan dalam survei, persentase BL naik. Begitupun sebaliknya. Persentase AHM naik jika nama BL tidak disertakan pada simulasinya.

Dua kali menjadi Bupati Halmahera Selatan dan pernah berkontestasi di Pilgub 2018, figur Muhammad Kasuba patut diperhitungkan. Meski berada di posisi tiga dalam TOM Calon Gubernur, MK pasti tau kapan dan apa yang harus dilakukannya untuk mendongkrak liketabilitasnya di tengah gempuran isu rival politiknya.

Demikian pula Sultan Tidore, Husain Alting Sjah. Sebagai pendatang baru di dunia politik, HAS memiliki pengalaman saat berkompetisi di Pemilihan Anggota DPD RI Maluku Utara. Setelah memutuskan diri tidak melanjutkan kembali sebagai Senator, Sultan kini fokus mempersiapkan dirinya pada Pilkada Maluku Utara 27 November. Nama Sultan juga memiliki kans besar dalam Pilgub mendatang.

Survei adalah potret untuk membaca peluang kemenangan kandidat. Lima bulan menjelang Pilkada, konfigurasi perpolitikan dinamis dan mencair. Masing-masing bakal calon so pasti memiliki trik dan metode pemenangan.

Tiga orang mantan Bupati dan mantan Anggota DPD RI, tentunya bukanlah figur kaleng-kaleng. Penerapan pengalaman yang dimilikinya menjadi senjata pamungkas untuk dielaborasi menjadi energi positif menuju puncak gosale. Selamat berdemokrasi! (*)